Pentingnya Persiapan Mental Pranikah
Kecemasan, ketegangan dan
ketakutan menjelang pernikahan adalah hal yang wajar dialami oleh pasangan yang
akan segera menikah, khususnya mempelai wanita. Yang jelas, memasuki lembaga
pernikahan bisa dianalogikan seperti terjun payung. Kita tahu parasutnya
tersedia, tetapi ketika tba waktunya meloncat, badan dan pikiran rasanya amat
tegang.
Mengapa demikian? Karena saat
kita memutuskan untuk menikah, berarti kita akan segera memasuki dunia baru. Hidup berdampingan
dengan pasangan kita, seumur hidup. Berbeda dengan pasangan duda janda, mereka
tidak terlalu merasakan apa yang dirasakan pasangan muda. Pasangan duda janda
ini sudah berpengalaman merajut rumah tangga selanjutnya. Sedangkan pasangan
muda memasuki dunia berumah tangga dari nol tanpa pengalaman.
Oleh karena itu, kita yang akan
menjalani kehidupan baru ini harus siap menerima segala sesuatu yang akan kita lalui suatu saat nanti bersama
pasangan yang kita cintai. Biasanya kecemasan itu muncul disebabkan karena harapan, keinginan dan apa
yang akan terjadi di hari esok melebur menjadi satu. Maka dari itu, yakinkanlah
diri kita terlebih dahulu. Menikah bukanlah sebuah keputusan yang mudah. Kalau
bisa menikah sekali seumur hidup dan tak mengalami perceraian. Kita tidak hanya
menyatukan satu individu saja, tetapi juga terkait dengan keluarga, lingkungan,
dan budaya dari pasangan kita.
Untuk itulah, sebelum menikah
sebaiknya calon pasangan pengantin baru perlu mempersiapkan psikis kita agar
tidak gamang dan tegang saat menuju pelaminan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kesiapan seseorang untuk memasuki rumah tangga, seperti
tingkat pemahaman, pola pikir, kelas sosial, lingkungan masyarakat, dan
kebiasaan. Selain itu, kita perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Meluruskan niat pernikahan
Meski pernikahan bukan suatu hal
yang mudah, tetapi jika kita sudah punya niat yang lurus dan kuat maka akan
selalu ada kemudahan-kemudahan yang kita dapatkan kelak. Kata orang, pernikahan
yang sukses membutuhkan kerja keras dan niat yang baik antar kedua belah pihak
secara terus menerus. Tapi, jangan khawatir, tak sekeras yang kita bayangkan.
Bagaimanapun, menikah adalah sebuah kenikmatan.
2. Hargai setiap perbedaan dari
pasangan kita
Kita perlu menyadari bahwa kita
dan pasangan kita memiliki cara pandang dan persepsi yang berbeda. Tak semua orang memiliki
pendapat yang sama. Karena itu, kita perlu menerima perbedaan-perbedaan yang
ada diantara kita berdua. Jangan berusaha memaksakan kehendak untuk mengubah
kebiasaan atau perilaku pasangan kita sesuai dengan keinginan kita. Yang paling
penting adalah jangan beranggapan bahwa hanya prinsip kita sajalah yang selalu
benar. Bila itu terjjadi, apapun yang dilakukan pasangan kita akan selalu
keliru dimata kita. Hal ini akan memicu konflik-konflik emosional dan
pertengkaran. Daripada memfokuskan pada perbedaan yang mengganggu hubungan,
leih baik kita menikmati berbagai kecocokan
yang kita miliki.
3. Siap menerima kelemahan dan
kelebihan pasangan.
Jika tidak menyukai sesuatu hal
yang dilakukan pasangan, jangan
mengkritiknya berulang-ulang. Jangan pula melontarkan ucapan yang bernada
sinis. Akan lebih bijaksana jika kita mengungkapkan apa yang kita rasakan dengan tanpa memancing kemarahannya.
Dengarkanlah pendapatnya sehingga kita berdua bisa menghargai. Masalah
perbedaan serta selera, memang akan selalu menghiasi suatu hubungan. Maka dari
itu, jjanganlah sampai mengganggu hubungan kita. Suatu saat bukan tidak mungkin
kita menghadapi perbedaan persepsi tentang masalah yang lebih serius.
4. Berani membuka diri dengan
pasangan
Coba kita renungkan kembali,
mungkin saja budaya dan kebiasaan keluarga kita dan keluarga pasangan kita
memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Jika sangat mencolok, berarti waktu
yang kita perlukan untuk menyelaraskan kebiasaan kita berdua mungkin akan makin
banyak. Bila ingin memperbaiki sikap kkekasih, kita perlu bersabar. Jangan
sampai ia merasa jenuh, tersinggung, atau merasandibelenggu oleh kritik kita.
5. Banyaklah membaca dan meminta
saran
Ada baiknya kita mencari
buku-buku seputar pernikahan. Semua itu agar kita bertambah matang dalam
mengambil sikap. Jangan malu-malu untuk meminta saran dan nasehat dari orang
yang lebih tua yang sudah punya pengalaman lebih dari kita. Saran-saran dari orang
lain memang sangat kita perlukan. Denan begitu, kita akan lebih merasa percaya
diri dan tidak kenal rasa takut untuk memutuskan hubungan kita dan pasangan
sampai ke jenjang yang lebih sakral.
sumber :
Perkawinan&Keluarga No.414/2007
Post a Comment for "Tips Jitu untuk Pengantin Baru"