Sub Tema: Memenuhi Kebutuhan Keluarga
Sesi 6 : Kebutuhan Keluarga
Sesi 7 : Cara Menghadapai Problem Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
Lanjutan Kultwit tentang Bimbingan Perkawinan Sesi VI di laman Twitter @Kemenag_RI bersama dengan Dr. Thobib Al-Asyhar, M.Si. @biebasyhar dari Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama dan dosen Psikologi Islam pada Program Studi Kajian Strategik dan Global UI Salemba, Jakarta.
Sesi 6 : Kebutuhan Keluarga
Setiap keluarga pasti memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Untuk memenuhinya, selain kerja
sama yang erat antara suami dan istri, keduanya harus mengerti apa kebutuhan yang
timbul. Jika muncul halangan harus dihadapi bersama.
Secara garis besar, kebutuhan keluarga itu terdiri dari
dua jenis, yaitu jenis kebutuhan yang bersifat materi dan jenis kebutuhan yang
bersifat immateri.
Pertama, jenis kebutuhan yang bersifat materi memerlukan
dukungan finansial. Jenis kebutuhan ini ada yang bersifat fisik maupun non
fisik. Kebutuhan fisik terdiri sandang, pangan, dan papan. Setiap keluarga
memiliki keunikan dengan skala prioritas mana yang lebih didahulukan.
Jenis kebutuhan non fisik terdiri dari biaya-biaya
terkait dengan kesehatan, pendidikan, pengamanan, rekreasi/hiburan, dan
lainnya.
Pemenuhan kebutuhan keluarga harus dilakukan bersama
pasangan, saling menopang, kerja sama, dan memahami. Kedua belah pihak tidak
boleh saling menuntut kebutuhan karena bangunan rumah tangga adalah hasil
kesepakatan bersama.
Kedua, jenis kebutuhan yang bersifat immateri terdiri
dari rasa nyaman dan tenang bagi anggota keluarga. Diantara contoh kebutuhan
ini adalah saling mencintai, kasih sayang, rasa aman dan tidak takut, tenang
atau tidak khawatir, merasa dilindungi, dijaga, perhatikan, dipercaya,
dihormati, dan lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan yang bersifat immateri harus dimulai
dari kesadaran bersama untuk saling menghormati dan menghargai. Tidak ada yang
lebih dominan antara suami dan istri karena keduanya adalah pasangan yang
saling mencintai.
Hubungan suami istri yang saling menghormati dan
menghargai akan berdampak pada hubungan yang luas. Anak-anak akan menjadikan
orang tuanya sebagai sosok idola yang pantas diteladani, sehingga terbangun
budaya saling menjaga, menghormati, mencintai, meyayangi, dan lain-lain.
Berbeda dengan pemenuhan kebutuhan yang bersifat materi,
kebutuhan immateri tidak memerlukan biaya. Ada banyak cara yang bisa ditempuh,
seperti suami lebih banyak waktu bersama dengan istri sebagai bentuk
penghargaan atas perannya, atau ungkapan sayang istri dengan pelukan atau
ciuman kepada suami, dan lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan keluarga di atas harus dilandasi
ketulusan masing-masing pasangan tanpa ada yang merasa lebih diantara keduanya.
Keduanya harus ditempatkan setara dalam banyak hal. Karena, bahtera rumah
tangga terbangun atas dasar cinta kasih.
Sesi 7 : Cara Menghadapai Problem Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
Layaknya bahtera yang mengarungi lautan luas, pasti tidak
pernah ada bahtera yang berlayar tanpa gelombang ombak, baik kecil maupun
besar. Bahkan tidak jarang badai menerjang dari segala penjuru arah.
Demikian juga dalam keluarga. Suami istri harus mewaspadai barbagai masalah yang
berpotensi dan biasa muncul dalam perkawinan, terutama di tahun-tahun pertama.
Dengan pengetahuan dan kemampuan mendeteksi dan mengantisipasi diharapkan
pasangan suami istri dapat lebih tanggap dan menemukan solusi bersama.
Berikut ini beberapa masalah yang
berpotensi muncul dalam menjalani perkawinan. Pertama, kepemimpinan dalam
keluarga. Layaknya bahtera memerlukan nakhoda, rumah tangga juga memerlukan
pemimpin yang bertanggung jawab, melindungi, dan mengayomi seluruh anggota
keluarga. Umumnya pemimpin dalam keluarga adalah suami yang disebut dengan
kepemimpinan tunggal (QS: An-Nisa: 34).
Selain kepemimpinan tunggal,
ada keluarga yg menganut kepempimpinan kolektif yang dipikul bersama antara
suami istri. Keduanya merupakan tim kepemimpinan yang dimiliki bersama dalam
keluarga.
Pada dasarnya, siapapun yang
menjadi pemimpin dalam keluarga tidak perlu dipersoalkan sepanjang baik dan
bertanggung jawab. Setidaknya, kepemimpinan dalam keluarga dapat dilihat dari
beberapa indikator sbb:
- Memiliki kemampuan manajerial, bijaksana, berorientasi pada kepentingan anggota keluarga, mengayomi, dan memastikan seluruh kebutuhan anggota keluarga terpenuhi.
- Mampu bersikap adil kepada seluruh anggota keluarga, bukan yang menguasai, mendominasi, atau mengambil keputusan secara sepihak demi kepentingan dirinya sendiri.
- Mampu membangun suasana yang harmonis dan damai dalam keluarga, mendorong terciptanya budaya saling menghormati dan menghargai, serta merawat kasih sayang antara anggota keluarga.
Sedangkan peran publik
adalah tugas yang diorientasikan utk mendapatkan dana atau uang (income) dan untuk
kepentingan pengembangan potensi dan aktualisasi diri.
Dua peran tersebut sering
dipahami secara kaku, sehingga tidak jarang menimbulkan perselisihan antara
pasangan. Suami harus bekerja di luar rumah, dan istri idealnya menjadi ibu
rumah tangga untuk mengurusi kepentingan domestik. Sebenarnya hal ini bisa
diterapkan secara lentur sepanjang hasil kesepakatan bersama, sehingga tidak
menimbulkan konflik dan tidak saling menyalahkan.
Satu contoh kecil yang
sering menjadi persoalan adalah saat istri bekerja (berkarier) di luar rumah.
Ketika ada masalah dengan anak, misalnya jatuh, prestasi anak turun, dll, yang
sering disalahkan adalah istri semata karena bekerja di luar rumah. Jika
keduanya telah sepakat, seharusnya hal ini tidak menjadi alasan berkonflik,
tetapi diselesaikan bersama dengan mempertimbangkan kondisi, kesempatan,
kemampuan, dan kapasitas masing-masing.
Sesi 8 : Strategi
Pemenuhan Kebutuhan Keluarga
Tiada keluarga yang tidak memiliki masalah. Masalah bisa
membesar atau mengecil tergantung cara pandang dan sikap pasangan suami isteri.
Selama pasangan memiliki kapasitas yang cukup dalam mengatasi masalah, maka semua
masalah akan dilewati dengan manis dan smooth.
Bagaimana strategi dalam
pemenuhan kebutuhan keluarga? Strategi ini diperlukan sejak gejala masalah
terdeteksi atau muncul ke permukaan, atau ketika isyarat akan adanya masalah
muncul.
Strategi pertama, pentingnya
pembagian peran yang lentur. Peran domestik (tugas-tugas rumah tangga) dan
peran publik (mencari nafkah dan aktualisasi diri) sangat penting, yang tidak
boleh diabaikan, serta membutuhkan perhatian serius dari pasangan suami isteri.
Pengabaian peran ini akan menimbulkan ketidakstabilan rumah tangga akibat
kebutuhan yang tak terpenuhi.
Karena itu, pasangan suami
isteri hendaknya menyadari bhwa pembagian peran vital tersebut dapat dilakukan
dengan lentur dan kondisional. Tidak ada pembebanan peran secara spesifik, dan
kaku, serta berlaku sepanjang waktu dan kondisi kepada satu pihak. Suami dapat
menggantikan posisi isteri, demikian juga sebaliknya. Dengan kelenturan peran
diharapkan kebutuhan keluarga dapat dipenuhi secara optimal.
Strategi kedua, bekerja
sebagai Tim. Beragam dan terus meningkatnya kebutuhan keluarga dari waktu ke
waktu menuntut suami isteri agar bisa bekerja sama dalam tim yang solid. Suami isteri harus saling bahu membahu, saling mengisi kekurangan dalam
memenuhi kebutuhan keluarga.
Strategi ketiga, relasi berkualitas
antara kepala dan anggota rumah tangga. Keberadaan kepala rumah tangga teramat
penting dan menentukan ke arah mana rumah tangga ini akan dibawa. Karena itu,
kepala rumah tangga harus sosok yang bijaksana dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi dan mampu mengarahkan misi dan tujuan rumah tangga menuju kehidupan yang
tenteram dan penuh kasih sayang.
Strategi keempat, mencoba membongkar ketabuan dengan
mengedepankankan keterbukaan. Menciptakan suasana damai dan tenang membutuhkan
keberanian untuk bersikap jujur dan terbuka. Pada umumnya, hal yang dianggap
tabu dibicarakan adalah hal-hal yang terkait seksualitas dan kesehatan
reproduksi. Dalam keluarga kedua hal tersebu sangat terkait dengan hubungan
suami isteri.
Strategi kelima, membudayakan musyawarah dalam
pengambilan keputusan. Musyawarah adalah jalan terbaik dalam setiap
menyelesaikan masalah atau pengambilan keputusan penting dalam rumah tangga.
Setiap anggota keluarga harus dianggap setara yang memiliki hak unttk
berpendapat, sehingga tercipta suasana bahagia dan harmonis.
Banyak keluarga yang melihat kebutuhan rumah tangga
hanya bersifat materi, sementara kebutuhan immateri sering terabaikan. Kedua
kebutuhan sama-sama pentingnya yang perlu dipenuhi agar tercapai sakinah.
Dengan bekal pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan keluarga, potensi masalah
yang mungkin timbul, dan strategi untuk mencari solusi diharapkan pasangan dapat
bekerja sama yang kuat sehingga ketahanan keluarga dapat terjaga. Wallahua'lam.
Lanjutan Kultwit tentang Bimbingan Perkawinan Sesi VI di laman Twitter @Kemenag_RI bersama dengan Dr. Thobib Al-Asyhar, M.Si. @biebasyhar dari Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama dan dosen Psikologi Islam pada Program Studi Kajian Strategik dan Global UI Salemba, Jakarta.
Post a Comment for "Seri Bimbingan Perkawinan, Sesi 6-8 : Kebutuhan Keluarga"